Samstag, 8. September 2012

Renungan




Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata, "Mereka berkata: Lidah orang bijak ada di belakang hatinya. Ketika ingin berkata, ia memikirkan dulu dihatinya. Jika perkataan itu baik, ia mengucapkannya. Dan jika tidak, ia menahan lidahnya. Adapun orang bodoh, hatinya diujung lidahnya. Dimana lidahnya tidak kembali di hatinya. Apa yang ada di lidahnya, ia ucapkan semua. Dikutip dari Tafsir Ibnu Katsir III/266 


“Sampaikanlah nasehatmu kepadaku dikala aku sendirian. Tahanlah nasehatmu untukku ketika di hadapan manusia, karena menyampaikan nasehat dihadapan manusia adalah memburukkannya yang mana aku tidak ridho mendengarnya. Jika nasehatmu menyelisihi diriku dan aku menentang perkataanmu, maka janganlah engkau sedih tatkala nasehatmu.. tidak menghasilkan ketaatan.” -Imam Syafi’i ; Diwan Asy-Syafi’i 56


Akan datang masa-masa yang penuh tipuan dimana seorang pendusta akan dianggap benar dan orang yang jujur dianggap dusta, seorang pengkhianat akan dianggap amanat dan orang yang amanah dianggap khianat, dan akan berbicara pada masa itu para ruwaibidhah. Lalu ada sahabat yang bertanya: “Apa ruwaibidhah itu?” Beliau menjawab: “Perang dungu yang berbicara mengenai urusan umat.(Shahih lighairihi, diriwayatkan oleh Ibnu Majah (4036), Al Hakim (4/465, 466 dan 522), dan yang lainnya. Al-hakim menyatakan sanadnya shahih, disepakati oleh Adz Dzahabi)

Keine Kommentare:

Kommentar veröffentlichen