Dienstag, 10. Januar 2012

Dari Presentasi kecil itu hidayah datang.

Beberapa bulan yang lalu teman saya Cecile mengundang saya untuk menghandiri presentasi kecil nya yang bertemakan 'Kopftuch in Deutschland' ( lit: Jilbab/ Hijab di Jerman). Cecile, teman dekat ku ini adalah seorang muslim revert berkebangsaan Jerman alhamdulillah. Sebelumnya dia meminta bantuan untuk ikut memeriahkan presentasi nya. Disitu saya diminta untuk menceritakan kisah berhijab saya. Akhirnya saya menerima dan memutuskan untuk membantunya.

Ketika presentasi berlangsung ternyata selain saya, ada juga 3 orang mahasiswa muslim lain yang mengenakan jilbab yang turut serta menceritakan kisah berhijabnya, dan salah satunya mahasiswa Indonesia juga yang sudah saya kenal. Ketika presentasi berjalan dan pertanyaan pertanyaan kritis dari panelis pun tak terlekan, memang saat ini dan sedari dulu perihal Jilbab memang menjadi kasus perdebatan tanpa akhir. Di Jerman seorang guru yang mengenakan jilbab tidak diperbolehkan untuk mengajar, dengan alasan tidak diperbolehkan adanya simbol simbol keagaamaan dalam institusi pemerintahan salah satunya adalah di Sekolah, kemudian negara sekular ini pun lengkap menambahkan bahwa perlu ada nya pemisahan antara kepentingan agama dan kepentingan umum. Mengenai hal ini salah satu professor yang hadir di sana pun menambahkan, Jika saya menjadi seorang ibu bagi anak yang diajarkan oleh seorang guru yang berjilbab, saya pun akan berpikir untuk memindahkan anak saya ke sekolah lain. Begitu yang beliau bilang, cukup aneh memang karena negara ini mati - matian membela hak asasi dan kebebasaan berpendapat serta kebebasan dalam memeluk agama.

Kembali ke ruang presentasi, kala itu ada pertanyaan yang menggelitik hati saya. Seorang mahasiswi itu bertanya, kira kira begini ' Jika jilbab memang berfungsi untuk menutupi keindahan wanita dan semata mata keindahan wanita hanya untuk ditampakan kepada orang orang yang diperbolehkan, kenapa kebanyakan mereka justru memakai make up untuk mempercantik diri nya?' Pertanyaan simple namun memberikan pelajaran yang sangat berarti bagi saya.

Saat itu saya seakan tersadar kembali, saya lupa akan hakikat hijab yang saya pakai selama lebih kurang lebih 4 tahun. Ya Allah, maafkan hambamu ini, sudah sepatutnya saya menutupi kecantikan saya dan hanya ingin terlihat cantik di mata-Mu saja. Jilbab memang sehelai kain tipis yang menutupi rambut, jika tidak dimaknai dengan sebenernya sebenarnya. Hijab sebuah kain penutup ini adalah menjadi sebuah pembeda dan menjadi pengingat bagi seorang muslimah. Pengingat bahwa Allah ingin melindungi kita, bahwa kita diajarkan untuk terus memperbaiki diri dan istiqomah. InsyaAllah kini semangat itu pun timbul kembali diiringi dengan pergantian tahun saya punya mantap untuk beristiqomah di Jalan-Nya.



Keine Kommentare:

Kommentar veröffentlichen